Kita semua ingin menghindari penderitaan...
Namun penderitaan di dunia ini tak terelakkan
Ini disebut dukkha dalam konsep Buddha
Dikatakan Veda hasil karma dari sang jiva
Dan oleh agama samawi inilah takdir Allah
Setiap mahluk pasti akan mengalami ini
Manusia dipastikan sakit, menua, dan mati
Segala keinginan belum tentu akan terpenuhi
Semua akan musnah termasuk yang dicintai..
Inilah penderitaan yang tak terhindarkan...
Bagaimana kita menyikapi derita ini?
Kita bisa saja bersedih dan mengutuk diri,
Atau menjadikannya sebagai sarana evolusi
Kita bisa coba lawan dan menolak derita
Atau menerima dan membuatnya tangga
Transmutasi terjadi ketika kita menyadari
Bahwa hidup adalah ujian bagi ego pribadi
Ego yang perlu dibakar habis hingga binasa
Kesadaran bisa berevolusi karena ada derita
Api penderitaan seolah cahaya penerang
Bagi kesadaran yang mendamba pencerahan
Akan tetapi...
Penderitaan memang ada, ia nyata
Namun, siapakah yang menderita?
Ada kejadian, ada sebab, ada perbuatan..
Pertanyaannya adalah; siapa yang berbuat?
Ada pikiran inti diri yang merasa melakukan
Rasa tanggung jawab karena membawa akibat
Tapi, mesti disadari: inti diri adalah ilusi
Segala aksi dan reaksi tidak murni oleh diri
Wahai diri, adakah engkau energi yang murni?
Benar-benar pilihan bebas, kehendak pribadi?
Ternyata faktanya; segalanya diluar kendali
Kendali, kontrol, inti diri pribadi; hanya ilusi
Cobalah bermeditasi dan cermati pikiran
Ia muncul, timbul, tenggelam secara alami
Begitu saja hadir seperti mimpi tak disadari
Awalnya ada begitu saja maka tidak bisa diakui
Diri ini tak terlepas dari lingkungannya
Pengaruh sekitar, orang tua dan ajarannya
Kita tidak bisa memilih dimana tempat lahirnya
Tak bisa mengatur bagaimana genetika tercipta
Lalu, manakah karakter yang benar-benar asli?
Kita semua hasil aksi-reaksi, sebab-akibat
Setiap tindakan dari karakter yang melekat
Adalah karakter yang tak terbebas dari takdir
Kelahiran, orang tua, gen, dan lingkungan sekitar
Semua telah ditentukan,
Segalanya bisa diperhitungkan...
Determinisme sudah dibuktikan oleh sains
Suratan takdir telah tertulis dan diketahui-Nya
Tuhan dinyatakan sebagai awalan dan akhiran
Semesta bisa diformulasikan termasuk manusia
Tidak ada kehendak bebas; tiada roh/jiwa
Tidak ada agen independen dalam individu
Tiada inti diri; hanyalah keberadaan kita
Tanpa perlu menyalahkan, iri, benci, malu
Bahkan kita tak bisa sombong meski berhasil
Oleh karena, segalanya adalah kehendak ilahi
Pengakuan, rasa hormat ialah keinginan kerdil
Pencapaian apapun adalah kejadian yang alami
Dengan memahami tiadanya inti diri ini,
Kita akan bisa semakin mudah mencintai
Berempati pada yang bernasib tak tinggi
Mampu memaafkan mereka yang menyakiti
Tak lagi memandang para priyayi dengan iri
Seluruhnya hanya merupakan peristiwa
Sesuai kehendak Yang Maha Kuasa
Sungguh damai hati ini rasanya
Sekarang pasrah menerima:
Penderitaan memang ada,
Tapi tiada 'aku' yang menderita!!!