Add Me as A Friend in Facebook!

Selasa, 24 Juli 2012

Kesetimbangan

Kesetimbangan adalah suatu keadaan yang harmonis.
Tempat dimana pikiran bisa beristirahat dalam keseimbangan.
Dalam tulisan saya yang sebelumnya (Ruminasi), saya menuliskan bahwa betapa waktu sangat berharga dengan contoh orang yang dicintai sekarat. Dan saya juga tulis, kita semua pasti binasa.
Beberapa hari kemudian, saya kehilangan salah satu anggota keluarga..
Kakek dari istri saya, atau yang akrab kami panggil dengan sebutan Engkong telah tiada. Lima hari setelah saya menulis satu postingan blog ini yang menyinggung tentang kematian.
Maka saya makin yakin, satu-satunya yang pasti di masa depan adalah menua, sakit, dan meninggalkan dunia ini. Selain itu, masa depan sungguh tak pasti.
Lalu, mengapa kita semua menginginkan sesuatu di masa depan? Bukankah itu hanya akan membawa penderitaan oleh kekosongan yang kita ciptakan sendiri.
Bahkan, terkadang; meski kita telah meraih sesuatu yang kita inginkan, kita hanya menikmatinya sesaat sampai kita menginginkan sesuatu yang lain, yang lebih lagi di masa depan.
Sampai kapan kita akan belajar?
Kalau bahagia itu didapatkan dengan menginginkan apa yang telah kita punya sekarang. Mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki saat ini. Tapi tetap pasrah, bersedia ikhlas kalau kita bisa saja kehilangannya di masa depan karena tidak ada yang abadi. Tiada yang pasti di masa mendatang, kecuali mati.
Sekali lagi, jangan berpikir kita baru bisa bahagia jika kita menggapai apa yang kita inginkan di masa depan, tapi justru kebahagiaan itu sudah ada sekarang, saat ini juga.
Berbahagia berarti menginginkan apa yang kita punya sekarang. Mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Bersyukur dan pasrah terhadap masa depan.
Ingat, pasrah bukan berarti malas atau tidak mau berusaha. Kita tetap berusaha yang terbaik karena itu yang bisa kita lakukan. Bertindak semaksimal yang kita mampu, namun yang jelas kita tidak mampu memastikan hasil usahanya di masa depan. Karena, sekali lagi, masa depan itu tidak pasti.
Yang bisa meramal masa depan, hanya seorang penipu. Atau orang yang benar-benar telah tersadarkan.
Sadar kalau segalanya hanya ilusi. Kesenangan dan kesedihan hanyalah kondisi yang silih berganti, ombak yang pasang-surut di pantai kehidupan. Tiada gunanya terseret arus, tetaplah dalam keseimbangan. Harmonis tanpa perlu berada pada satu titik ekstrim yang berlebihan.
Seperti Engkong saya yang wafat dengan tenang dan damai. Berpulang bersama sifat-sifatnya yang seimbang antara keras dan lembut. Pembawaan yang akhirnya membawa kedamaian di penghujung usianya. Menebarkan ketenangan bagi mereka yang telah siap pada perpisahannya.
Tenang, damai, berada di titik yang seimbang. Jangan memanjakan emosi kelewatan, suka dan duka secukupnya dirasakan, selanjutnya terus mengupayakan kesetimbangan.
Kesetimbangan, berada di atas kebahagiaan yang seringkali berganti posisi dengan kesedihan. Kesetimbangan adalah harmonisasi yang menyeimbangkan beraneka rasa. Termasuk sepi dan depresi.
Keseimbangan dalam kesetimbangan, dipastikan membawa kebahagiaan tanpa syarat, hanya saja ada konsekuensinya: kebahagiaan yang menentramkan jiwa..

Selasa, 17 Juli 2012

Ruminasi

Mengapa manusia takut akan kesepian, kesendirian, kebosanan.

Banyak orang berusaha membunuh waktu jika sedang sendirian, padahal waktu adalah harta yang paling berharga karena tidak akan pernah kembali setelah dihabiskan.

Tanyakan pada mereka yang sedang sakit parah, orang yang dicintainya sedang sekarat: seberapa berharganya waktu?

Beberapa dari kita juga setengah mati memikirkan orang lain, membutuhkan orang lain, dan berusaha keras agar diterima oleh orang lain.

Kita sibukkan diri dengan percakapan-percakapan, perbincangan, obrolan, chatting, sms, bbm, twitter, fb. Kita habiskan waktu bermain games, menonton, membaca, mendengarkan musik, menutupi pikiran dengan suara-suara selain suara dari dalam pikiran itu sendiri.

Suara pikiran, itulah yang sebenarnya kita takutkan. Kesendirian, kebosanan karena tidak melakukan apa-apa akan membawa suara pikiran yang menakutkan itu.

Kita semua menghindari pikiran kita yang terdalam. Yang berbisik lirih; kalau kita sebenarnya hampa.

Diri kita kosong, muka kita hanyalah topeng, diri kita pasti mati. Kebinasaan adalah satu-satunya kepastian. Seberapapun kuatnya keyakinan, kita pasti masih punya keraguan yang terpendam jauh di dalam jiwa kita semua.

Sungguh berat mendengarkan pikiran yang menyuarakan realitas, kenyataan yang kejam. Kalau hidup adalah penderitaan.

Kita pasti sakit, semua mesti menua, dan mati. Orang-orang yang dicinta akan pergi, barang-barang yang disuka tiada selamanya. Kesedihan adalah sifat alami pikiran. Karena sejatinya, nurani kita mengerti akan keterpisahan.

Saat dalam sepi, kita menyadari kalau kita benar-benar sendirian. Tidak ada suara siapapun kecuali jeritan diam sang pikiran yang menginginkan kebahagiaan. Tapi apa lacur, kita lahir tanpa kepastian dari suatu tujuan.

Belum lagi kalau kita telusuri sang pikiran dengan beragam memori yang menyakitkan. Segala perbuatan dosa yang menghantui, semua karma buruk yang pernah kita lakukan.

Itu semua mewujud dalam emosi-emosi negatif yang terpendam yang selama ini telah terkubur dalam-dalam. Yang membuat kita mati rasa selama ini, berusaha untuk lupa.

Sungguh, penelusuran pikiran bukan hal yang mudah apalagi menyenangkan.

Tapi kalau kita mau bertahan dalam kesendirian, di dalam sepi, dalam kesunyian. Kita akan melatih pikiran untuk mengungkapkan diri yang sejati. Kita akan mengajak pikiran mengobservasi dirinya sendiri, menyadari aktualisasi tertinggi dalam kontemplasi murni.

Dengan kesadaran internal, interosepsi, kita akan menguatkan insula korteks. Materi abu-abu di dalam otak akan menebal, neuroplastisitas akan terbukti mengembangkan sifat welas asih. Kita menjadi altruistis.

Dan pada akhirnya, bahagia itu tiba juga..