Add Me as A Friend in Facebook!

Selasa, 17 Juli 2012

Ruminasi

Mengapa manusia takut akan kesepian, kesendirian, kebosanan.

Banyak orang berusaha membunuh waktu jika sedang sendirian, padahal waktu adalah harta yang paling berharga karena tidak akan pernah kembali setelah dihabiskan.

Tanyakan pada mereka yang sedang sakit parah, orang yang dicintainya sedang sekarat: seberapa berharganya waktu?

Beberapa dari kita juga setengah mati memikirkan orang lain, membutuhkan orang lain, dan berusaha keras agar diterima oleh orang lain.

Kita sibukkan diri dengan percakapan-percakapan, perbincangan, obrolan, chatting, sms, bbm, twitter, fb. Kita habiskan waktu bermain games, menonton, membaca, mendengarkan musik, menutupi pikiran dengan suara-suara selain suara dari dalam pikiran itu sendiri.

Suara pikiran, itulah yang sebenarnya kita takutkan. Kesendirian, kebosanan karena tidak melakukan apa-apa akan membawa suara pikiran yang menakutkan itu.

Kita semua menghindari pikiran kita yang terdalam. Yang berbisik lirih; kalau kita sebenarnya hampa.

Diri kita kosong, muka kita hanyalah topeng, diri kita pasti mati. Kebinasaan adalah satu-satunya kepastian. Seberapapun kuatnya keyakinan, kita pasti masih punya keraguan yang terpendam jauh di dalam jiwa kita semua.

Sungguh berat mendengarkan pikiran yang menyuarakan realitas, kenyataan yang kejam. Kalau hidup adalah penderitaan.

Kita pasti sakit, semua mesti menua, dan mati. Orang-orang yang dicinta akan pergi, barang-barang yang disuka tiada selamanya. Kesedihan adalah sifat alami pikiran. Karena sejatinya, nurani kita mengerti akan keterpisahan.

Saat dalam sepi, kita menyadari kalau kita benar-benar sendirian. Tidak ada suara siapapun kecuali jeritan diam sang pikiran yang menginginkan kebahagiaan. Tapi apa lacur, kita lahir tanpa kepastian dari suatu tujuan.

Belum lagi kalau kita telusuri sang pikiran dengan beragam memori yang menyakitkan. Segala perbuatan dosa yang menghantui, semua karma buruk yang pernah kita lakukan.

Itu semua mewujud dalam emosi-emosi negatif yang terpendam yang selama ini telah terkubur dalam-dalam. Yang membuat kita mati rasa selama ini, berusaha untuk lupa.

Sungguh, penelusuran pikiran bukan hal yang mudah apalagi menyenangkan.

Tapi kalau kita mau bertahan dalam kesendirian, di dalam sepi, dalam kesunyian. Kita akan melatih pikiran untuk mengungkapkan diri yang sejati. Kita akan mengajak pikiran mengobservasi dirinya sendiri, menyadari aktualisasi tertinggi dalam kontemplasi murni.

Dengan kesadaran internal, interosepsi, kita akan menguatkan insula korteks. Materi abu-abu di dalam otak akan menebal, neuroplastisitas akan terbukti mengembangkan sifat welas asih. Kita menjadi altruistis.

Dan pada akhirnya, bahagia itu tiba juga..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

dengan penuh cinta, reza wahyu.
http://100motivasi.wordpress.com