Pernahkah Anda mengalami ini:
Bangun pagi di suatu hari dan menjalani keseharian. Namun berpikir ada yang aneh dengan hidup ini. Dunia dan realita terasa ada yang salah, yang tidak bisa dijelaskan, tapi tetap terasa. Ada kehampaan, kekosongan di dalam diri yang membutuhkan jawaban. Apa maksud dari semua ini? Mengapa kita ada? Tetapi untuk memikirkannya, amatlah sangat berat. Untuk menyelami diri dan merenungi segalanya, amatlah memusingkan. Belum lagi dengan banyaknya masalah, ketakutan, penyesalan, dll. Tak sangguplah berpikir mendalam. Cukup terima dogma yang ada. Dan menjauhi derita dengan bersenang-senang. Kesenangan yang tiada habisnya karena realita yang menyesakkan jiwa akan selalu ada. Terus mencoba mengalihkan pikiran dengan kenikmatan. Hingga kecanduan...
Kecanduan bukan sekedar masalah biologis melainkan psikologis juga. Mari kita analisa:
Kecanduan adalah pelarian,
Kecanduan adalah penghindaran,
Kecanduan adalah penyangkalan..
Seorang pecandu berlari dari kenyataan,
Seorang pecandu menghindari realita,
Seorang pecandu menyangkali dirinnya sendiri!
Pecandu tak bisa menghadapi: vicissitudes,
Kenyataan yang naik dan turun, ber-kelok2,
Realita yang membuatnya terombang-ambing.
Baginya, hidup dan kehidupan yang ada:
Memusingkan, melelahkan, menyusahkan
Kenyataan hidup adalah penderitaan (dukkha).
Kenyataan bahwa yang hidup pasti akan mati;
Mencemaskan! Belum lagi masa depan yang tak pasti: sakit dan penyakit, musibah dan bencana.
Namun kenyataan tak bisa dihindari;
Seberapapun banyak kesenangan yang dirasa
Meski hingga akhirnya kecanduan dan menimbulkan masalah tambahan;
Sang iblis tetap ada hingga akhir jaman...
Perasaan stress, sedih, kesepian, marah, atau cemas; mesti dihadapi. Diterima dengan kesadaran, jangan dialihkan dengan candu!
Belajar menerima realita,
Belajar menoleransi kenyataan,
Belajar menghadapi diri dan keadaan.
Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit.
Berjalan maju ke depan, terus bergerak meski perlahan... Yang penting ada perubahan dan kemajuan!
Berani ambil tanggung jawab,
Berani bersikap sabar dan toleran,
Berani memilih untuk menerima dan pasrah.
Pasrah, ikhlas, dan tetap aktif berusaha,
Hindari candu yang nikmat hanya sesaat dan sesat!
Kenyataan, realita kehidupan ada untuk diamati
Sadari prosesnya, amati diri, amati pikiran, amati perasaan, pada akhirnya kita akan bisa mengamati sang pengamat. Sadari inti diri ini dan kedamaian akan menyertai. Diamlah!
Diamlah dan amati... Masuk ke dalam hatimu,
Di bagian yang tergelap dan menakutkanmu,
Kehampaan dan kekosongan pada inti dirimu,
Kali ini, berani hadapi kenyataan dan berhenti menjadi pecandu, pelari dari masalah (kabur!)
Jangan kecanduan dengan suatu candu,
Atau tontonan (kecanduan menonton tv),
Atau kesenangan apapun yang nikmat sesaat.
Bahkan, jangan kecanduan berpikir!